Ziarah Kubur, Lebih dari sekedar ingat mati

PAKET-WISATA-RELIGI-WALI-LIMA-12-JAM.png

Tegal, NU Online
Membludaknya jumlah peziarah ke makam wali dan orang-orang shalih dari tahun ke tahun, terutama ketika hari-hari tertentu, merupakan fenomena kehidupan yang unik sekaligus menarik untuk dicermati.

Di tengah gempita dan glamournya modernitas, tradisi ‘wisata spiritual’ ini seakan menjadi seremonial tersendiri yang masih menjadi ritual yang sakral dan suci dalam perjalanan keberagamaan umat.

Seperti yang dilakukan oleh Jam’iyah Remaja NU Kecamatan Dukuhwaru. Mereka mengunjungi tiga tempat yaitu Sunan Gunung Jati Cirebon, Syekh Panjalu Ciamis dan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya.

Kegiatan tersebut didukung penuh oleh pengurus NU. Sebanyak 60 peserta mengikutinya dan perjalanan ditempuh selama satu hari satu malam .

Seorang pengurus NU di kecamatan Dukuhwaru, Nur Ghozali Al Hafidz kepada NU Online, Jum’at (1/2) menjelaskan, Ziarah kubur hukumnya sunah atau sangat dianjurkan untuk mengingatkan manusia pada kematian.

“Menziarahi kubur orang saleh juga dalam rangka ngalap berkah,” katanya mengutip Imam Ghazali dalam Ihya Ulumid Din.

Banyak manfaat yang diperoleh dari ziarah. Masing-masing jamaah mendapatkan pengalaman spiritual tersendiri.

Ziarah bukan ibadah sunnah yang berat dan asing, mengingat ziarah sudah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia.

Ketua Jamiyah Remaja , Mukhdlori mengatakan, makam wali adalah tempat pengungkapan perasaan religius yang bebas serta juga tempat memelihara ritus-ritus kuno. Jika amal sembahyang di masjid mencerminkan kesatuan dan keseragaman dunia Islam, maka amal ziarah ke makam wali mencerminkan keanekaragaman budaya yang tercakup dalam dunia Islam.

Di kalangan warga NU, tradisi ini masih sangat dipertahankan, bahkan kegiatan ini menjadi agenda rutin. “Ziarah saya anggap penting sebagai wujud kesetiaan dan kecintaan terhadap ajaran, dan aqidah,” katanya.

Sekedar diketahui meski anggotannya sudah dikatakan sepuh dan sudah ada yang  memiliki cucu, tetapi nama jamiyah yang berziarah ini tetap dinamakan Jamiyah Remaja karena perkumpulan tersebut mereka bentuk pada saat usia belasan, dan saat ini masih solid dengan berbagai kegiatan.

Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Abdul Muiz

sumber : http://www.nu.or.id/post/read/42212/ziarah-kubur-lebih-dari-sekedar-ingat-mati

Tinggalkan komentar